KELOMPOK 4 : PRAANGGAPAN DAN ENTAILMEN (MAKALAH & PPT)
PRAGMATIK
PRAANGGAPAN DAN ENTAILMEN
Dosen Pengampu : M. Bayu
Firmansyah, S.S,M.Pd.
Disusun Oleh:
Eka
Nur Fairuz (18188201048)
Devi
Novia Maharani L (1818882010)
Abdul
Ghoni (181882010)
Fakultas Pedagogi dan Psikologi
Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA
Jl. Ki Hajar Dewantara No.
27-27 Kota Pasuruan
Tahun Akademik 2019-2020
BAB
I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Makna sebuah tuturan tidak hanya dapat ditentukan dengan faktor-faktor
lingual yang membentuk tuturan itu, tetapi juga dapat ditentukan dengan
faktor-faktor nonlingual. Penentuan makna sebuah tuturan berdasarkan faktor
lingual dapat dikaji dari bentuk-bentuk lingual yang membentuknya. Namun,
penentuan makna sebuah tuturan berdasarkan faktor nonlingual biasa sangat
bervariasi tergantung pada situasi tutur yang melandasinya.
Pragmatik merupakan salah satu objeknya, pragmatik mengkaji maksud dari
penutur (speaker meaning). Pragmatik menelaah mengenai hubungan tanda-tanda
dengan penafsir atau dengan kata lain pragmatik merupakan studi tentang
hubungan antara tanda dan penafsirnya. Charles Morris (dalam Mey, 1993: 35)
menjelaskan bahwa pragmatik dan semantik berurusan dengan makna, tetapi
perbedaannya terletak pada perbedaan penggunaan verb to mean.
Dengan demikian, dalam pragmatik makna diberi definisi dalam hubungannya
dengan penutur atau pemakai bahasa, sedangkan dalam semantik, makna
didefinisikan semata-mata sebagai ciri-ciri ungkapan-ungkapan dalam suatu
bahasa tertentu, terpisah dari situasi, penutur dan mitra tuturnya. Lebih
lanjut Leech (1993 : 8) mengatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna
dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situation).
Banyak ahli seperti Levinson (1983 : 9) dan Bambang Kaswanti Purwo (1990
: 17) mengatakan bahwa lingkup objek kajian pragmatik mencakup deiksis,
presuposisi, tindak tutur, implikatur percakapan, dan struktur percakapan.
Makalah ini tidak akan membicarakan lingkup pragmatik secara keseluruhan tetapi
pada presuposisi atau praanggapan dan entailmen.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan presuposisi
2.
Apa saja jenis-jenis
presuposisi?
3.
Apa yang dimaksud
masalah proyeksi?
4.
Apa yang dimaksud dengan entailmen?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan presuposisi.
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis presuposisi.
3.
Untuk mengetahui
tentang masalah proyeksi.
4.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud entailmen.
BAB
II
Pembahasan
2.1
Pengertian Presuposisi
Presuposisi atau sering juga disebut praanggapan.
Sebuah tuturan dapat dikatakan mempresuposisikan atau mempraanggapkan tuturan
lainnya, apabila ketidakbenaran tuturan yang dipraanggapkan itu mengakibatkan
kebenaran atau ketidakbenaran tuturan tidak dapat dikatakan sama sekali.
Singkatnya yaitu pengetahuan bersama yang
dimiliki oleh penutur dan mitra tutur yang melatarbelakangi suatu tindak tutur.
Kesamaan praanggapan akan memperlancar komunikasi, sedangkan perbedaan
praanggapan akan menghambat komunikasi. Yang memiliki presupposisi adalah penutur,
bukan kalimat.
Contohnya : Mahasiswi terpandai dikelas itu
cantik sekali.
Contoh di atas mempraanggapkan atau
mempresuposisikan adanya seorang mahasiswi yang benar-benar pandai di kelas tertantu. Apabila pada kenyataannya
memang ada mahasiswi yang sangat pandai di kelas itu maka tuturan di atas dapat
dinilai benar atau salahnya. Sebaliknya, apabila di kelas itu tidak ada sama
sekali mahasiswi yang sangat pandai, tuturan tersebut tidak dapat ditentukan
benar atau salahnya sama sekali.
2.2
Jenis-jenis Presupposisi
Praanggapan (presuposisi) sudah
diasosiasikan dengan pemakaian sejumlah besar kata, frasa, dan struktur (Yule,
2006:46). Selanjutnya Gorge Yule mengklasifikasikan praanggapan ke dalam 6
jenis praanggapan, yaitu presuposisi
eksistensial, presuposisi faktif, presuposisi non-faktif, presuposisi leksikal,
presuposisi struktural, dan presuposisi konterfaktual.
- Presuposisi Esistensial
Presuposisi (praanggapan) eksistensial
adalah praanggapan yang menunjukkan eksistensi/ keberadaan/ jati diri referen yang
diungkapkan dengan kata yang definit.
Contohnya: Orang itu berjalan. Maknanya yaitu, ada orang berjalan.
- Presuposisi Faktif
Presuposisi (praanggapan) faktif adalah
praanggapan di mana informasi yang dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat
dianggap sebagai suatu kenyataan.
Contohnya: . Dia tidak menyadari bahwa ia sakit.
Maknanya yaitu, dia sakit.
- Presuposisi Leksikal
Presuposisi (praanggapan) leksikal dipahami
sebagai bentuk praanggapan di mana makna yang dinyatakan secara konvensional
ditafsirkan dengan praanggapan bahwa suatu makna lain (yang tidak dinyatakan)
dipahami.
Contohnya: Dia berhenti merokok. Maknanya
yaitu, dahulu dia biasa merokok.
- Presuposisi Non-faktif
Presuposisi (praanggapan) non-faktif adalah
suatu praanggapan yang diasumsikan tidak benar.
Contohnya:
Saya membayangkan berada di Hawai. Kenyataannya saya tidak berada di
Hawai.
- Presuposisi Struktural
Presuposisi (praanggapan) struktural
mengacu pada sturktur kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai
praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu sudah
diasumsikan kebenarannya. Hal ini tampak dalam kalimat tanya, secara
konvensional diinterpretasikan dengan kata tanya (kapan dan di mana) seudah
diketahui sebagai masalah.
Contohnya: Kapan dia pergi? Kenyataannya Dia pergi.
- Presuposisi konterfaktual
Presuposisi (praanggapan) konterfaktual
berarti yang di praanggapkan tidak hanya tidak benar, tetapi juga merupakan
kebalikan (lawan) dari benar atau bertolak belakang dengan kenyataan.
Misalnya: Seandainya & Andaikan
2.3 Masalah Proyeksi
Masalah proyeksi adalah masalah
presupposisi dari sebuah struktur sederhana yang tidak bertahan lama ketika
menjadi bagian dari suatu struktur yang lebih kompleks.
Ada suatu harapan dasar bahwa presupposisi
kalimat sederhana akan berlangsung benar apabila kalimat sederhana itu menjadi
bagian dari kalimat yang lebih kompleks. Inilah salah satu versi gagasan umum
bahwa arti dari bagian-bagian kalimat itu, akan tetapi arti dari sebagian
presupposisi tidak mampu menjadi arti dari beberapa kalimat kompleks ( sebagai
keseluruhan). Hal ini di kenal sebagai masalah proyeksi.
2.4 Entailmen Tersusun
Entailmen sebenarnya bukan konsep pragmatik
karena berhubungan dengan maksud penutur), tetapi malah dianggap sebagai suatu
konsep logis yang murni, yang disimbolkan dengan | | -. Beberapa contoh
entailmen untuk kalimat-kalimat dalam ( 17) disajikan dalam (18).
(17) Rover mengajar 3 ekor tupai (=p)
(18)a. sesuatu mengejar 3 ekor tupai (=q)
b. Rover melakukan sesuatu terhadap 3 ekor tupai (=r)
c. Rover mengejar 3 benda
(=s)
d. sesuatu terjadi (=t)
Dalam menyajikan hubungan antara entailmen
(17) dan (18) sebagai p | | -q, secara sederhana kita sudah menandakan suatu
akibat yang logis. Marilah kita mengatakan bahwa dalam tuturan kalimat (17),
penutur seharusnya mengakui terhadap kebenaran sejumlah besar entailmen bagian
belakang ( hanya sebagian saja yang disajikan dalam [18 a-d]. akan tetapi dalam
kesepatan apa saja dari tuturan (17), penutur akan menunjukkan bagaimana
entailmen-entailmen ini harus disusun. Karena penutur akan berkomunikasi secara
khusus dengan cara penekanan, di mana entailmen disumsikan sebagai bagian
terdepan, atau lebih penting untuk menginterpretasikan makna yang dimaksudkan
dari pada makna lainya.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Sebuah tuturan dapat dikatakan
mempresuposisikan atau mempra-anggapkan tuturan lainnya, apabila ketidakbenaran
tuturan yang dipraanggapkan itu mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran
tutu-ran tidak dapat dikatakan sama sekali. Gorge Yule mengklasifikasikan
praanggapan ke dalam 6 jenis pra-anggapan,
yaitu presuposisi eksistensial, presuposisi faktif, presuposisi
non-faktif, presuposisi leksikal, presuposisi struktural, dan presuposisi
konterfaktual. Makna beberapa presuposisi (sebagai bagian-bagian) tidak dapat
bertahan terus menjadi makna beberapa kalimat kompleks (secara keseluruhan)
disebut persoalan proyeksi. Entailment dalam hubungan antara tuturan dengan
maksudnya bersifat mutlak atau menjadi keharusan.
3.2 Saran
Kepada para pembaca disarankan agar lebih
banyak membaca buku yang berkaitan dengan presuposisi dan entailmen agar lebih
memahami tentang apa itu pragmatic. Kami sebagai penulis mohon maaf
sebesar-besarnya apabila kata atau kalimat dalam makalah tersebut sulit
dipahami.
BERIKUT ADALAH POWER POINT DARI MAKALAH KELOMPOK 4
BERIKUT ADALAH POWER POINT DARI MAKALAH KELOMPOK 4
Komentar
Posting Komentar