Psikologi Kritik Sastra Feminis Psikoanalitis
RESUME
PSIKOLOGI KRITIK SASTRA FEMINIS PSIKOANALISIS
Dosen Pengampu : Dr. M. Bayu Firmansyah, S. S., M. Pd.
Disusun Oleh :
EKA NUR FAIRUZ 18188201048
Fakultas Pedagogi dan Psikologi
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA
Jl. Ki. Hajar Dewantara No. 27 - 29 Pasuruan Telp. (0343) 421946
Website : www.uniwara.ac.id
Tahun Akademi 2020/2021
KRITIK SASTRA FEMINIS PSIKOANALISIS
Pengertian Kritik Sastra FeminisPsikoanalisis
Apabila dilihat dari wilayah kritik sastra,kritik sastra feminis psikoanalisis merupakan salah satu tipe kritik sastra yang mengkaji aspek gender dalam karya sastra dengan menggunakan kerangka teori psikoanalisis. Namun, bila dilihat dari wilayah kritik sastra feminis, kritik sastra feminis psi- koanalisis merupakan salah satu jenis kritik sastra feminis yang menggunakan kerangka teori psikoanalisis.
Rosemarie Putnam Tong (2006:190) menjelaskan bahwa feminisme psikoanalisis mengemukakan gagasan bahwa penjelasan fundamental atas cara bertindak perempuan berakar dalam psike perempuan, terutama dalam cara berfikir perempuan.
Feminisme psikoanalisis adalah salah satu aliran feminisme yang mencoba memahami penyebab ketidakadilan gender, terutama ketertindasan perempuan berdasarkan teori psikoanalisis. Munculnya kritik sastra feminis psikoanalisis berawal dari penolakan para feminis terhadap teori kompleks kastarsi Sigmund Freud (Tong, 2006:196-197). Menurut Freud (via Tong, 2006:196) inferioritas perempuan terjadi karena kekurangan atau kecemburuan anak perempuan akan penis (penis envy). Betty Freidan menolak teori Freud tersebut dan berargumen bahwa posisi serta ketidakberdayaan sosial perempuan terhadap laki- laki kecil hubungannya dengan biologi perempuan, tetapi sangat berhubungan dengan konstruksi sosial atas feminisme (Tong, 2006:196). Menurut Freidan (via Tong, 2006:196) gagasan Freud dibentuk oleh kebudayaannya yang digambarkan sebagai “Victo- rian”. Kritik Freidan terhadap teori Freud juga didukung oleh Firestone dan Millet (Tong, 2006:198). Menurut Firestone, bahwa pasivitas seksual perempuan bukanlah suatu hal yangalamiah, melainkan semata-mata karena hasil sosial dari kebergantungan fisik, ekonomi,emosional perempuan pada laki-laki. Oleh karena itu, untuk mengakhiri opresi terhadap perempuan dan anak- anak, Firestone (via Tong, 2006:198) menganjurkan agar manusia seharusnya menghapuskan keluarga inti, dan bersamaan dengan itu juga menghapuskan tabu inses yang merupakanakar penyebab kompleks Oedipus. Sementara itu, Millet (via Tong, 2006:198) menganggap bahwa konsep kecemburuan terhadap penis merupakan contoh transparan dari egoismelaki-laki.
Menurut Freud, maskulinitas dan femininitas adalah produk pendewasaan seksual. Jika anak laki-laki berkembang “secara normal”, mereka akan menjadi laki-laki yang akan menunjukkan sifat-sifat maskulin yang diharapkan, dan jika perempuan berkembang “secara normal” maka mereka akan menjadi perempuan dewasa yang menunjukkan sifat-sifat feminin. Menurut Freud (via Tong, 2006:195-196) perempuan menjadi narsistik (terlalu cinta pada diri sendiri), mengalami kekosongan, dan rasa malu.
Kritik sastra feminis psikoanalisis adalah aliran kritik sastra feminisme psikoanalisis. Kritik sastra ini merupakan salah satu cara memahamidan mengkaji karya sastra dengan menggunakan perspektif feminismepsikoanalisis. Munculnya kritik sastra feminis psikoanalisis berawal dari penolakan para feminis terhadap teori kompleks kastarsi Sigmund Freud (Tong, 2006:196-197). Me- nurut Freud (via Tong, 2006:196) inferioritas pe- rempuan terjadi karena kekurangan atau kecemburuan anak perempuan akan penis (penis envy). Betty Freidan, Firestone dan Millet menolak teori Freud tersebut dan berargumen bahwa posisi serta ketidakberdayaan sosial perempuan terhadap laki-laki kecil hubungannya dengan biologi pe- rempuan, tetapi sangat berhubungan dengan konstruksi sosial atasfeminisme.
Kritik sastra feminis psikoanalisis pada umumnya memfokuskan kajian pada tulisan-tulisan perempuan karena para feminis percaya bahwa pembaca perempuan biasanya mengidentifikasikan dirinya dengan atau menempatkan dirinya pada si tokoh perempuan, sedangkan tokoh perempuan tersebut pada umumnya merupakan cermin penciptanya. Melalui kritik sastrafeminis
psikoanalisis diselidiki hasrat, identitas gender, dan konstruksi linguistik feminis untuk mendekons- truksi hirarki gender dalam sastra dan masyarakat yang dikonstruksi oleh kekuasaan patriarki (Humm, 1986:71).
Komentar
Posting Komentar