METODE PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONSTRAKTIF (AK) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

Dosen Pengampu : M. Bayu Firmansyah,S.S,M.Pd


Disusun oleh:
EKA NUR FAIRUZ          (18188201048)

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No.27 – 29 Pasuruan Telp. (0343) 421946

Website : www.stkippgri-pasuruan.ac.id
Tahun akademi 2018/2019

ANALISIS KONSTRASTIF (AK) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
1. Memahami AK
AK mencoba menjembatani kesulitan dengan mongontraskan kedua sistem bahasa yang ada untuk meramalkan kesulitan-kesulitan yang terjadi.
Manusia memperoleh bahasa melalui proses yang sangat kompleks. Beberapa ahli mencoba menghubungkan berbagai faktor yang terlibat dalam proses penguasaan bahasa. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor bentuk bahasa (berupa bunyi,sistem bunyi dan struktur gramatik yang dipakai sebagai sarana agar fungsi komunikatif dapat berlangsung) dan faktor sistem bahasa( berupa unit-unit dan struktur kebahasaan yang akan memengaruhi faktor psikologi.
Fiers (1945) mengajukan hipotesis pengajaran yang paling efektif daam proses menguasai B2 dengan mendasarkan materi pada deskripsi secara cermat mengenai bahasa target yang akan dipelajari dan kemudian dibandingkan dengan bahasa ibu.
Muncul lah pada waktu itu berbagai dukungan dari para ahli pengajaran bahasa, bahkan pada tahun 1957 muncul karya Robert Lado yang berjudul Linguistics a Cross Culture kemudian menjadi buku acuan dalam AK.
Keraguan teori AK mulai muncul ketika Ronald Wardhaugh (1970) dalam paper kecilnya berjudul Constranstif Analysis yang memaparkan kelemahan AK dan menyarankan perlunya periode tenang ( silent period). Keraguan juga diajukan oleh Oller(1979) ketika ia menekankan pada hakikat belajar. Keraguan kritik terhadap AK muncul dari berbagai penjuru.

B. Linguistik konstraktif
AK sering dipersamakan dengan istilah Linguistik Konstraktif (Hamied, 1987). Linguistik konstraktif adalah suatu cabang ilmu bahasa yang tugasnya membandingkan secara sinkronis 2 bahasa, sehingga kemiripan dan perbedaan kedua bahasa bisa dilihat (Lado,1957).
Lado menganjurkan agar pengontrasan dilakukan kepada fonologi,struktur gramatik,kosakata serta sistem tulisan. Pengontrasan terhadap fonologi dilakukan terhadap sistem bunyi,transfer dari sistem bunyi(varian,pola tekanan dan ritme,transisi,intonasi serta hubungannya dengan fonem-fonem lain. Pengontrasan sturktur gramatik hendaknya dibedakan pengertiannya dengan tata bahasa. Pengontrasan dua sistem kosakata dilakukan terhadap bentuk,arti dan distribusinya. Pengontrasan dua sistem tulisan juga penting, meskipun tulisan bukan bahasa.
Munculnya AK didasarkan pada 3 asumsi, yaitu:
a. Pengalaman mengajar guru bahasa asing yang selalu menemukan kesalahan bahasa yang dipelajari.
b. Studi tentang kontak bahasa dalam situasi kedwibahasaan.
c. Teori belajar terutama teori transfer yang dipandang sebagai fasilitas yang bersifat positif.
Tujuan :
a. Dimaksudkan untuk menegakkan kesemestaan bahasa serta ciri-ciri khas dari masing-masing bahasa.
b. Mengukuhkan pendapat pembelajar B2 bahwa bahasa itu berbeda-beda.
c. Mengembangkan materi pengajaran bahasa.

C. Kritik terhadap AK
1. Ronald Wardhaugh ( 1970)
   AK menimbulkan ketidakpastian karena tidak memadai teori linguistik yang ada.
2. Whitman dan Jackson (1972)
   Ketika mereka mengadakan tes empirik terhadap teori AK. Pada tes tersembut menyimpulkan bahwa AK baik secara teoritis maupun praktis hasilnya tidak memadahi untuk meramalkan interferensi yang diperbuat oleh pembelajar.
3. Brown (1980)
   AK yang populer ternyata hanya berhasil meramalkan kesulitan dalam bidang fonologi.
4. Abdul Wahab (tidak di publikasikan)
Penerapan AK terhadap dua sistem bahasa yang sangat berbeda harus ditinjau kembali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KELOMPOK 4 : PRAANGGAPAN DAN ENTAILMEN (MAKALAH & PPT)

Psikologi Kritik Sastra Feminis Psikoanalitis

Proses Kreatif Sastra