BERBAHASA SECARA KOMUNIKATIF DAN SANTUN
osen pengampuh : M. Bayu firmansyah, M.pd
Disusun oleh:
EKA NUR FAIRUZ ( 18188201048)
Program pendidikan bahasa dan sastra indonesia
STKIP STIT PGRI PASURUAN
Jl. KI.hajar dewantara No.27-29 pasuruan.ac.id
Penggunaan Bahasa
Berbahasa secara komunikatif berarti cara menggunakan bahasa sesuai fungsi-fungsi komunikasi bahasa dengan memperhatikan konteks pemakaiannya agar mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
B. Kegiatan Berkomunikasi
Bagi seorang penutur atau penulis agar dapat berkomunikasi dengan baik perlu meng-encode (mengemas, mengepak, mewadahi) gagasan menggunakan bahasa. Ketika mengemas gagasan, seseorang harus memperhatikan beberapa hal (Hymes, 1989), yaitu.
a. Situation, yaitu keadaan yang melingkupi terjadinya peristiwa komunikasi.
b. Participant, yaitu siapa orang yang ikut terlibat dalam peristiwa komunikasi.
c. Ends (Tujuan), yaitu apa yang ingin dicapai melalui komunikasi.
d. Addresee (Mitra Komunikasi), yaitu orang yang diajak berkomunikasi (mitra tutur).
e. Keys (Kunci), yaitu pokok persoalan yang menjadi kunci pembicaraan.
f. Instruments, yaitu segala hal yang ada di sekitar pembicara yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan kelancaran pembicaraan.
g. Norms (Norma/Kaidah), yaitu kaidah yang harus diikuti oleh pembicara (pranata sosial yang berlaku).
h. Genre (Ragam/Corak Bahasa), yaitu aneka ragam bahasa yang sesuai dengan situasi komunikasi.
Maka dari itu agar komunikasi dapat berjalan lancar, penutur akan berusaha agar informasi atau pesan yang disampaikan dapat dikemas sebaik mungkin dengan cara menggunakan kalimat, diksi, majas, ragam bahasa yang mudah dipahami oleh mitra tutur.
C. Fungsi Komunikatif Bahasa
Fungsi bahasa adalah cara bagaimana bahasa itu digunakan, dengan demikian fungsi komunikatif bahasa dapat diartikan bagaimana cara bahasa itu digunakan untuk berkomunikasi. Pranowo (1988) mengidentifikasikan fungsi komunikatif bahasa menjadi 11 macam, yaitu.
1. Fungsi informatif
Fungsi informatif menyatakan bahwa bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada pendengar/pembaca. Fungsi informatif ini memiliki sub-fungsi diantaranya untuk menjelaskan, membuat rincian, beralih topik, mengidentifikasi, menghubungkan dengan menggarisbawahi, menghubungkan secara analogi, dan sebagainya.
2. Fungsi transaksional
Fungsi transaksional menyatakan bahwa bahasa dipakai untuk mengadakan hubungan antara seseorang dengan orang lain.
3. Fungsi interaksional
Fungsi interaksional menyatakan bahwa bahasa dapat digunakan untuk saling berhubungan satu dengan yang lain dalam segala keperluan.
4. Fungsi komisif
Fungsi komisif menyatakan bahwa bahasa dapat digunakan untuk menyatakan sanggup tidaknya mengenai sesuatu dengan orang lain. Fungsi komisif ini memiliki sub-fungsi diantaranya untuk menolak secara langsung dan tidak langsung, menyatakan kesanggupan/ketidaksanggupan, untuk menyetujui, dan sebagainya.
5. Fungsi direktif
Fungsi direktif menyatakan bahwa bahasa dapat digunakan untuk mengajukan saran, membujuk, permintaan, meyakinkan orang lain, dan sebagainya. Fungsi direktif ini memiliki sub-fungsi diantaranya untuk meyakinkan, memberi kritik, mengharapkan sesuatu, membujuk, memberi saran, memerintah secara tidak langsung, dan sebagainya.
6. Fungsi konatif
Fungsi konatif menyatakan bahwa bahasa dapat digunakan untuk mencairkan pembicaraan antara penutur dengan mitra tutur. Fungsi konatif ini memiliki sub-fungsi diantaranya menanyakan kondisi mitra tutur, menyapa pada saat berpapasan dengan mitra tutur, dan sebagainya.
7. Fungsi ekspresif
Fungsi ekspresif menyatakan bahwa bahasa dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan, suasana hati, masalah pribadi, berbicara dalam hati, berbicara dari hati ke hati, dan sebagainya. Sub-fungsi yang dimiliki antara lain untuk mengungkapkan kekecewaan, menyatakan pendapat pribadi, menyatakan sikap pribadi, menyatakan pengalaman pribadi, dan sebagainya.
8. Fungsi regulatory
Fungsi regulatory menyatakan bahwa bahasa dapat digunakan untuk mengontrol suatu peristiwa.
9. Fungsi heuristik
Fungsi heuristik menyatakan bahwa bahasa dapat digunakan untuk mengenal lingkungan yang belum dikenal sebelumnya.
10. Fungsi instrumental
Fungsi instrumental menyatakan bahwa bahasa dapat digunakan untuk memanipulasi lingkungan sehingga terjadi suatu peristiwa.
11. Fungsi imajinatif
Fungsi imajinatif menyatakan bahwa bahasa dapat digunakan untuk menciptakan ide-ide yang bersifat imajiner dan mengandung keindahan, seperti menulis puisi, cerpen, novel, dan sebagainya.
D. Faktor Penentu Kesantunan
Faktor penentu kesantunan adalah segala hal yang dapat memengaruhi pemakaian bahasa menjadi santun atau tidak santun. Faktor penentu kesantunan terdiri dari beberapa aspek diantaranya.
1. Aspek kebahasaan
a. Bahasa lisan, dibagi menjadi 2, yaitu
Bahasa verbal yang meliputi aspek intonasi (keras lembutnya intonasi saat seseorang berbicara), aspek nada bicara (naik turunnya ujaran yang menggambarkan suasana hati penutur saat bertutur), faktor pilihan kata, dan faktor struktur kalimat.
Bahasa non-verbal yang meliputi gerak-gerik anggota tubuh, seperti kerlingan mata, gelengan kepala, acungan tangan, kepalan tangan, dan sebagainya.
b. Bahasa verbal tulis, seperti pilihan kata yang berkaitan dengan nilai rasa, panjang-pendeknya struktur kalimat, ungkapan, gaya bahasa, dan sebagainya.
2. Aspek non-kebahasaan
a. Pranata sosial budaya masyarakat, seperti aturan anak kecil harus selalu hormat kepada orang yang lebih tua, makan tidak boleh sambil berbicara, berbicara dan tidak boleh berkecap, perempuan tidak boleh tertawa terbahak-bahak, dan sebagainya.
b. Pranata adat, seperti jarak bicara antara penutur dengan mitra tutur, gaya bahasa, dan sebagainya.
E. Faktor yang Dapat Menggagalkan Komunikasi
1. Mitra tutur tidak memiliki informasi lama sebagai dasar memahami informasi baru yang disampaikan penutur,
2. Mitra tutur tidak tertarik dengan isi informasi yang disampaikan penutur,
3. Mitra tutur tidak berkenan dengan cara menyampaikan informasi penutur,
4. Apa yang diinginkan memang tidak ada atau tidak dimiliki oleh mitra tutur,
5. Mitra tutur tidak memahami yang dimaksud oleh penutur, dan
6. Mitra tutur melanggar kode etik jika menjawab pertanyaan.
F. Faktor Kebahasaan Sebagai Penanda Kesantunan
Faktor kebahasaan adalah segala unsur yang berkaitan dengan masalah bahasa, baik bahasa verbal maupun bahasa non-verbal.
1. Faktor kebahasaan verbal
a. Pemakaian diksi,
b. Pemakaian gaya bahasa,
c. Peribahasa,
d. Perumpamaan.
2. Faktor kebahasaan non-verbal
a. Memperlihatkan wajah ceria,
b. Selalu tersenyum saat berbicara,
c. Sikap menunduk ketika berbicara dengan mitra tutur,
d. Posisi tangan yang selalu merapat pada tubuh (tidak berkecak pinggang).
G. Prinsip Kesantunan dan Prinsip Kerja Sama dalam Berkomunikasi
a. Prinsip Kesantunan
Brown dan Levinson menemukan bukti bahwa setiap orang ingin agar apa yang dilakukan, dimiliki, nilai-nilai yang diyakini dan dihargai oleh orang lain sebagai sesuatu yang baik, menyenangkan, patut dihargai, menguntungkan, dan sebagainya. Dengan demikian, kesantunan selalu berkaitan dengan kepentingan pihak pendengar dalam tuturan.
Asim Gurnawan (1993) membuktikan bahwa.
a. Kesantunan merupakan properti ujaran,
b. Santun tidaknya suatu ujaran ditentukan oleh pendengar atau pembaca, dan
c. Kesantunan berkaitan dengan hak dan kewajiban penyerta interaksi.
Leech menyatakan bahwa kesantunan berbahasa mencakup serangkaian maksim atau aturan tertentu, diantaranya.
1. Maksim kepedulian. Suatu tuturan dikatakan santun apabila penutur menaruh rasa peduli kepada pendengar sehingga pendengar merasa diperhatikan.
2. Maksim kebaikan hati. Suatu tuturan dikatakan santun apabila penutur memperlihatkan kebaikan hati kepada pendengar sehingga pendengar merasakan kebaikan hati penutur dan merasa diuntungkan.
b. Prinsip Kerja Sama
Grice (1975) menyatakan bahwa agar komunikasi dapat dipahami dengan baik perlu memperhatikan empat kategori maksim, yaitu.
1. Maksim kuantitas, yaitu maksim yang menyatakan bahwa informasi yang diberikan tidak boleh lebih atau kurang dari apa yang diinginkan.
2. Maksim kualitas, yaitu maksim yang menyatakan bahwa setiap informasi yang diberikan harus benar dan didukung oleh data secara akurat.
3. Maksim relevansi, yaitu maksim yang menyatakan bahwa pembicaraan harus selalu berkaitan satu sama lain.
4. Maksim cara, yaitu maksim yang menyatakan bahwa dalam berkomunikasi yang terpenting di samping informasi yang ingin disampaikan, juga bagaimana cara menyampaikan informasi.
H. Nilai Budaya Sebagai Pendukung Kesantunan dan Kekomunikatifan Berbahasa
1. Sikap rendah hati
2. Sikap empan papan
3. Sikap menjaga perasaan
4. Sikap mau berkorban
5. Sikap mawas diri
Komentar
Posting Komentar